Rabu, 27 Julai 2011

^^Adab2 puasa ramadan^^


Dalam kitab-kitab fiqh, para ‘ulama  membawakan beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam upaya meraih kesempurnaan puasa kita. Diantara adab yang disunnahkan oleh Rasulullah  dalam menjalankan puasa Ramadhan, antara lain:

1. Makan Sahur.
Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan badan dalam puasa, serta menambah semangat untuk menunaikan puasa.

Dari Anas bin Malik  , bahwa Rasulullah  bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barokah” (HR. Bukhari No. 1923 dan Muslim No. 1095).

Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah : “Aku masuk menemui Nabi  ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda (yang artinya) : “Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan” [Hadits Riwayat Nasa'i 4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya shahih].

Rasulullah  memerintahkan kita untuk makan sahur, karena hal ini merupakan pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab. Dari Amr bin ‘Ash , Rasulullah  bersabda (yang artinya) : “Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur” [HR. Muslim 1096].

Allah Ta’ala dan Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah (karena) Allah Ta’ala akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah Ta’ala memintakan ampunan bagi mereka, berdo’a kepada Allah agar  Allah Ta’ala mema’afkan mereka agar mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan oleh Allah di bulan Ramadhan.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri , Rasulullah  bersabda (yang artinya) : “Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur” .

Oleh sebab itu seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala besar yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Dan sahurnya seorang muslim yang paling afdhal adalah kurma.

Bersabda Rasulullah : “Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah kurma” (HR. Abu Daud 2/303, Ibnu Hibban 223, Baihaqi 4/237 ).

Barangsiapa yang tidak menemukan kurma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk bersahur walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena keutamaan yang disebutkan tadi, dan berdasarkan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr , dimana Rasulullah  bersabda: “Makan sahurlah kalian, walaupun dengan seteguk air” (HR Ibnu Hibban 884/223).

Dalam melaksanakan sunnah yang mulia ini, kita perlu menandaskan dalam benak kita sebuah kaidah yang dituntunkan oleh Nabi  bahwa sunnah dalam makan sahur adalah mengakhirkan waktunya sampai sesaat sebelum fajar. Hal ini sebagaimana  dalil yang diriwayatkan oleh Anas dari Zaid bin Tsabit

“Kami makan sahur bersama Nabi  kemudian beliau shalat” Aku tanyakan (kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid bin Tsabit d menjawab, “Kira-kira setara dengan (waktu) membaca 50 ayat Al-Qur’an”(HR. Bukhari 4/118, Muslim 1097).

Batasan waktu sahur adalah terbitnya fajar shiddiq, hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan makan minumlah sehingga terang kepadamu benang putih dari benang hitam yaitu fajar” [Al-Baqarah : 187] , dan juga hadits dari Ibnu Abbas , Rasulullah  bersabda :”Fajar itu ada dua; Yang pertama tidak mengharamkan makan (bagi yang puasa), tidak halal shalat ketika itu. Yang kedua mengharamkan makan dan telah dibolehkan shalat ketika terbit fajar tersebut” (Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/210, Al-Hakim 1/191 dan 495, Daruquthni 2/165).

Dari sini jelaslah bagi kita, bahwa adanya kebiasaan mengumandangkan lafadz “Imsaak” di masjid-masjid sebagaimana yang kita dengar, adalah keliru. Karena batas akhir makan sahur adalah terbitnya fajar/dikumandangkannya adzan, bukan dikumandangkannya “Imsaak”. Adapun alasan untuk kehati-hatian (agar tidak kehabisan waktu sahurnya), maka tidak perlu kita terima karena tidak ada tuntunan maupun atsar (jejak sejarah) dari Nabi  dan para shahabatnya .

Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah  , Nabi  bersabda: “Jika salah seorang dari kalian mendengar adzan padahal gelas ada di tangannya, janganlah ia letakkan hingga memenuhi hajatnya” (HR. Ahmad 2/510, Hakim 1/203,205).

2. Menjaga dari hal-hal yang merusak nilai ibadah puasa.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّيَامَ لَيْسَ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

“Dari Abu Hurairah  ia berkata, Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, hanyalah puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor), maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.”[Shahih, HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim, lihat kitab Shahih Targhib]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لا تَسَابَّ وَأَنْتَ صَائِمٌ وَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ فَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ وَإِنْ كُنْتَ قَائِمًا فَاجْلِس

Dari Abu Hurairah  dari Nabi  ia bersabda: “Janganlah kamu saling mancaci (bertengkar mulut) sementara kamu sedang berpuasa. Maka bila seseorang mencacimu katakana saja: ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’, dan kalau kamu sedang berdiri maka duduklah.” [Shahih, HR Ibnu Khuzaimah: 3/241, Nasa'i dalam Sunan Kubra: 2/241]

Dan Rasulullah  juga menyatakan:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya.” [Shahih, HR. Al-Bukhari].

3. Memperbanyak shadaqah, amal kebaikan, berbuat baik kepada orang lain.
Ibnu Abbas  berkata, “Nabi  adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan, apalagi di bulan Ramadhan ketika ditemui oleh Jibril. Dulu Jibril menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan sampai selesai. Nabi menghadapkan (mengajarkan) Al-Qur’an kepada Jibril. Jika beliau telah ditemui oleh Jibril –alaihis salam-, maka beliau menjadi orang yang paling pemurah dalam kebaikan dibandingkan angin yang terutus”. [HR. Al-Bukhari (1803)].

Puasa mendidik kita menjadi orang yang bertaqwa, dan ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah banyak bershadaqah atau berinfaq baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran, 3:133-134)

Terutama adalah bershadaqah memberi makan oarang yang berbuka puasa.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صحيح)
“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. At Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”)

4. Banyak berdoa selama berpuasa.
Dalam rangkaian ayat tentang puasa Ramadhan pada Al Quran surat Al Baqarah ayat 183-187, ada ayat khusus berdoa pada ayat 186 yang artinya:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS Al Baqarah 2:186)

Allah subhanahu wata'ala menyelipkan ayat tentang doa pada ayat-ayat puasa agar selama kita berpuasa kita banyak berdoa, dan doa orang yang berpuasa itu lebih dekat dikabulkan, sebagaimana yang dirawikan oleh Imam Abu Daud at-Thayalisi dalam musnadnya, diterima daripada Abdullah bin Umar. Beliau berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bagi orang yang berpuasa itu, seketika dia berbuka adalah doa yang mustajab"

Dalam sebuah hadits dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan an-Nasa'i dan Tirmidzi dan Ibnu Majah, diterima daripada Abu Hurairah ra, berkata dia: Berkata Rasulullah saw: "Bertiga yang doanya tidak akan ditolak: imam yang adil, orang yang puasa sampai dia berbuka, dan orang yang teraniaya."

Dan tersebut lagi di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dari Abu Hurairah: "Permohonan kamu akan dikabulkan oleh Tuhan , selama kamu tidak mendesak-desak. Dia berkata: Aku telah mendoa, tetapi doaku tidak diperkenankan."

Di dalam hadits lain pula, yang dirawikan oleh Bukhari dari hadits Abi Said al-Khudri, bahwa Nabi pernah bersabda: "Tidaklah mendoa muslim dengan doa, yang doa itu tidak dicampuri maksud jahat (dosa) atau memutuskan silaturahmi, melainkan pastilah doa itu akan dikabulkan Tuhan dengan menempuh satu dari tiga cara. Adakalanya doa itu diperkenankan dengan cepat, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di hari akhirat, dan aadakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang seumpamanya."

Terutama sekali adalah pada saat berbuka puasa, doa berbuka puasa yang sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu ‘Umar , bahwa Rasulullah  bersabda:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ.
“Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, insya Allah.” [HR. Abu Dawud 2/306]

5. Menyegerakan berbuka puasa.
Ketika seorang telah melihat matahari tenggelam dengan sempurna, maka hendaknya ia segerakan; jangan ditunda, sekalipun belum terdengar adzan. Menyegerakan buka puasa merupakan kebaikan, karena ia adalah bentuk penyelisihan ahlul Kitab yang senang mengakhirkannya. 

Nabi  bersabda: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan buka puasa”. [HR. Bukhari (1957), dan Muslim (1098)]

Ada dua sunnah Nabi  yang kadang terlupakan ketika kaum muslimin berbuka, yaitu berbuka sebelum sholat maghrib, dan memakan ruthab (kurma basah lagi segar), atau kurma kering, atau air. Jangan sampai perut kosong sampai usai sholat maghrib.

Anas bin Malik  juga berkata, : “Rasulullah  berbuka dengan ruthab (kurma basah dan segar), sebelum beliau sholat. Jika tak ada ruthab, maka dengan tamr (kurma kering). Jika tamr juga tak ada,maka beliau meneguk beberapa teguk air”. [HR. Abu Dawud (2356), dan At-Tirmidziy (696). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalamAsh-Shohihah(2840)]

6.  Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah.
Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang menunaikan shalat pada malam bulan Ramadlan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni."

Shalat tarawih disyari'atkan secara berjama'ah berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam keluar dan shalat di masjid, orang-orang pun ikut shalat bersamanya, dan mereka memperbincangkan shalat tersebut, hingga berkumpullah banyak orang, ketika beliau shalat, mereka-pun ikut shalat bersamanya, mereka meperbincangkan lagi, hingga bertambah banyaklah penghuni masjid pada malam ketiga, Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam keluar dan shalat, ketika malam keempat masjid tidak mampu menampung jama'ah, hingga beliau hanya keluar untuk melakukan shalat Shubuh. Setelah selesai shalat beliau menghadap manusia dan bersyahadat kemudian bersabda (yang artinya) : “ Amma ba'du. Sesungguhnya aku mengetahui perbuatan kalian semalam, namun aku khawatir diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu mengamalkannya". 

[Hadits Riwayat Bukhari 3/220 dan Muslim 761]

7. Memperbanyak Membaca dan Mempelajari Al-Quran.
Ramadhan yang dikenal sebagai syahrul Qur'an adalah kesempatan yang sangat berharga bagi kita untuk memperbanyak tilawah Al-Qur'an. Nama syahrul Qur'an yang melekat pada bulan Ramadhan adalah karena diturunkannya (permulaan) Al-Qur'an pada bulan ini. Sebagaimana firman-Nya:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
"Bulan Ramadhan, (yakni bulan) yang di dalam-Nya diturunkan Al-Qur'an" (QS. Al-Baqarah : 185)

Rasulullah sendiri memiliki agenda rutin pada bulan Ramadhan bersama Jibril, yakni tadarus. Artinya, Rasulullah membacakan Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepada beliau di hadapan malaikat Jibril untuk diverifikasi (secara talaqqi) oleh Jibril, hingga lebih bisa dipastikan tidak ada kekeliruan satu huruf pun di dalamnya.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati, lebih-lebih ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu Jibril pada pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur'an" (HR. Bukhari)

Maka tilawah Al-Qur'an, yang di hari biasa saja memiliki keutamaan yang luar biasa, apatah lagi di bulan Ramadhan di mana semua pahala amal kebaikan dilipatgandakan.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. Tirmidzi)

Beruntunglah jika kita memiliki sebuah komunitas atau jamaah yang memotivasi kita untuk memperbanyak tilawah Al-Qur'an di bulan Ramadhan, misalnya kesepakatan bersama yang menargetkan kita untuk khatam satu kali,  dua kali atau lebih dalam bulan Ramadhan.

8. Mengoptimalkan Ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Dari Aisyah RA, “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. ”
(HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).

Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan oleh para pencari ampunan. Bulan ini benar-benar penuh ampunan dan berkah. Sehela nafas kita begitu mahal hingga tak boleh sia-sia begitu saja tanpa dzikir kepada Allah. Sedegup jantung kita begitu berarti hingga tak rela berdegup tanpa torehan amal soleh yang menyertainya.

10 hari terakhir yang tersisa di bulan Ramadhan ini ternyata memiliki keistimewaan yaitu terdapatnya malam Lailatul Qadr. Lalu, Apakah itu malam Lalilatul Qadr?
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”(QS al-Qadr:4-5)

Lalu kapan tepatnya malam Lailatul Qadr ini?
“Carilah Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan
Ramadhan,” (HR Bukhari dan Muslim)

Malam yang begitu mulia ini adalah  malam yang lebih baik dari seribu bulan, dalam artian seseorang yang beribadah di malam ini pahalanya lebih baik daripada ia beribadah seribu bulan.

Menyemarakkan 10 malam terakhir ini, Rasulullah saw biasanya menggiatkan ibadah-ibadahnya antara lain :
  • I’tikaf, yaitu berada di masjid. Rasulullah saw melakukan I’tikaf dan menjadikannya budaya yang tidak pernah beliau tinggalkan. Lebih baik lagi disertai dengan ibadah-ibadah lainnya seperti shalat Qiyamul Lail, perbanyak tilawah Al-Qur’an dan dzikrullah. “Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah SAW biasa beriktikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
  • Rasulullah juga mengajarkan kita untuk berdzikir mengucap ”Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni ”(Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku) pada malam Lailatul Qadr.

Demikian adab puasa yang hendaknya kita perhatikan. Semoga puasa Ramadhan  kita tahun ini lebih baik dari yang sebelumnya. Semoga Allah Ta’ala menerima amal ibadah puasa kita, dan berkenan membalas amalan kita dengan sebaik-baik balasan di sisi-Nya kelak. Aamiin.

Wallahu 'alam bishshowab

(Ditulis berdasar ceramah Ustadz M. Arifin, LC di Masjid Jauharatul Madinah, dan dari berbagai sumber)
 

Selasa, 26 Julai 2011

^^Persiapan menjelang Ramadan^^

Rebutlah peluang keemasan di bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang terlalu banyak kelebihannya. Di dalamnya terdapatnya malam lailatul Qadar iaitu malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada bulan tersebut Allah membuka pintu syurga, menutup pintu neraka dan mengikat syaitan-syaitan untuk memberi peluang kepada manusia membersihkan diri mereka sebersih-bersihnya. Amal-amal ibadah dan kebajikan digandakan Allah di mana yang sunat diberi pahala wajib/fardhu dan yang fardhu menyamai 70 fardhu di bulan-bulan yang lain. Amat banyak kelebihan bulan Ramadhan yang kesemuanya insya Allah akan kita bentangkan satu persatu dalam risalah kecil ini.
Sekarang ini kita berada di bulan Sya’ban. Inilah masanya kita menanam azam untuk kita merebut segala kelebihan Ramadhan yang dijanjikan Allah. Jika Ramadhan tahun lalu kita lalai dan leka sehingga tanpa disedari Ramadhan telahpun berlalu dan kita ketinggalan merebut kelebihannya, maka pada tahun ini kita diberi peluang sekali lagi oleh Allah. Maka janganlah sia-siakan peluang kali ini kerana entah-entah inilah Ramadhan terakhir buat kita. Mati datang tidak menentu. Oleh itu, hendaklah kita sentiasa bersedia. Rebutlah peluang semasa hayat masih ada ini supaya di akhirat kita tidak menyesal dengan sesalan yang tiada gunanya lagi.


Membuat persiapan untuk memasuki Ramadhan
Bulan yang besar dan penuh keberkatan serta banyak kelebihannya haruslah disambut dengan penuh perasaan ta’zim (membesarkan) dan mengalu-alukannya. Antara persiapan yang dapat kita lakukan –malah perlu kita lakukan- sebelum menjelang Ramadhan ialah:
  1. Dengan banyak berpuasa dalam bulan Sya’ban.
  2. Mengulangkaji ilmu tentang puasa
  3. Membaca kembali hadis-hadis Nabi s.a.w. tentang fadhilat (kelebihan) puasa dan bulan Ramadhan.
  4. Mengetahui amalan-amalan utama dan besar pahalanya di bulan Ramadhan.
Pertama: Banyak berpuasa di bulan Sya’ban bermula dari awal bulan lagi
Diriwayatkan dari Saidatina Aisyah r.a. yang menceritakan;
كَانَ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَصُومُ حَتَّىَ نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّىَ نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَاماً فِي شَعْبَانَ
“Adalah Rasulullah s.a.w. kadang-kadang terus-menerus berpuasa hingga kami menganggap beliau tidak berbuka langsung, dan kadang-kadang beliau terus-menerus berbuka hingga kami menganggap beliau tidak berpuasa langsung. Namun demikian, aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau paling banyak berpuasa sebagaimana beliau berpuasa di bulan Sya’ban”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
Usamah bin Zaid r.a. menceritakan; “Aku bertanya Rasulullah s.a.w.; ‘Ya Rasulullah, mengapakah aku tidak melihat kamu banyak berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana kamu berpuasa di bulan Sya’ban’. Jawab Rasulullah; ‘Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang selalu dilupai oleh manusia di mana kedudukannya di tengah antara Rejab dan Ramadhan. Namun ia adalah bulan diangkat amalan-amalan hamba kepada Tuhan Pencipta Alam. Maka aku menyukai amalanku diangkat ketika aku berpuasa”. (Riwayat Imam an-Nasai)
Namun demikian, bagi orang yang tidak berpuasa langsung di awal Sya’ban (yakni dalam masa 15 hari awal Sya’ban), maka ia dilarang berpuasa selepas nisfu Sya’ban (yakni pertengahan Sya’ban). Ini sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.;
إِذَا بقي نصفٌ من شَعبَانَ فَلاَ تصُومُوا
“Apabila berbaki separuh dari bulan Sya’ban maka janganlah kamu berpuasa”. (Riwayat Imam at-Tirmizi dari Abu Hurairah r.a.)
Menurut ulama’, hadis ini merujuk kepada orang yang tidak berpuasa di bahagian awal Sya’ban sekalipun pada 15 Sya’ban (yakni hari nisfu Sya’ban) atau orang yang sengaja memilih hari-hari di hujung Sya’ban untuk berpuasa, bukan kerana puasa itu berkebetulan dengan kebiasaannya (seperti puasa Isnin dan Kamis atau puasa selang sehari) atau bukan kerana puasa Qadha’, Nazar dan Kafarah. Maka mereka dilarang berpuasa selepas bulan Sya’ban menjangkau pertengahannya. Adapun jika mereka telah memulai puasa sebelumnya sekurang-kurangnya berpuasa pada hari nisfu Sya’ban, maka harus untuk mereka meneruskan puasa selepas nisfu Sya’ban.
Secara amnya –menurut ulama’- berpuasa selepas nisfu Sya’ban (kecuali dengan syarat-syarat yang disebutkan tadi) hukumnya adalah makruh. Namun hukum ini berubah kepada haram apabila Sya’ban masih tinggal sehari atau dua hari lagi sebelum Ramadhan, terutamanya yaumu asy-Syak (hari ragu iaitu hari 30 Sya’ban apabila orang ramai bercakap-cakap bahawa anak bulan kelihatan, namun tidak ada saksi yang mengukuhkannya). Menurut ulama’ mazhab Syafi’ie, berpuasa pada hari Syak hukumnya haram sama ada dengan niat puasa Ramadhan (kerana berhati-hati) atau puasa sunat. Namun dikecualikan bagi orang yang mempunyai kebiasaan berpuasa dan hari Syak itu jatuh pada hari ia berpuasa atau orang yang meneruskan puasa Sya’ban yang ia mulai sebelum bulan Sya’ban menjangkau pertengahannya, maka haruslah bagi mereka puasa pada hari-hari tersebut. Sabda Rasulullah s.a.w.;
لا تَقَدَّمُوا شَهرَ رَمضَانَ بصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمََيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah engkau mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali seorang yang sudah biasa berpuasa, maka bolehlah ia berpuasa”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Berkata sahabat Nabi s.a.w. ‘Ammar bin Yasir r.a.;
من صَامَ اليومَ الَّذِي شُكَّ فِيهِ فقد عصَى أَبا القاسمِ
“Sesiapa berpuasa pada hari syak, maka sesungguhnya ia mengingkari Abal-Qasim (gelaran bagi Rasulullah s.a.w.)”. (Riwayat Imam at-Tirmizi)
Begitu juga, dikecualikan jika puasa itu dikerjakan kerana ada sesuatu sebab seperti puasa Nazar atau puasa Qadha’, maka sahlah puasa dan tidak diharamkan puasa pada hari Syak itu.
(Rujukan mengenai puasa Sya’ban di atas; at-Tajul Jami’ lil-Ushul, Matn al-Ghayah wa at-Taqrieb (tahqiq dan ta’liq oleh Syeikh Majid al-Hamawi), Mughni al-Muhtaj, jil. 1, hlm. 585, dan al-Fiqh al-Manhaji)
Mengenai kelebihan malam nisfu Sya’ban (yakni malam ke 15 Sya’ban), terdapat hadis di mana Rasulullah bersabda;
يَطَّلِعُ اللهُ عز وجل عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النـِّصْفِ مِنْ شَعْبَاْن فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاْحِنٍ
“Pada malam nisfu Sya’ban, Allah melihat kepada sekelian makhlukNya, lalu Ia mengampunkan ke semua mereka kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuh dengan saudara seagama”. (Riwayat Imam at-Thabrani dan Ibnu Hibban dari Mu’az bin Jabal r.a.)
Kedua: Mengulangkaji kembali ilmu atau pengetahuan tentang puasa
Amalan yang paling utama di bulan Ramadhan ialah puasa. Puasa difardhukan pada siang hari sepanjang bulan Ramadhan. Untuk mencapai puasa yang sempurna kita hendaklah memiliki ilmu tentang bagaimana melaksanakan puasa yang sebenarnya sebagaimana yang dituntut oleh Syara’. Oleh itu, ada baiknya sebelum menjelang Ramadhan kita mengulangkaji ilmu-ilmu tentang puasa merangkumi;
1. Rukun-rukun puasa serta sunat-sunatnya
2. Perkara-perkara yang membatalkan puasa
3. Perkara-perkara yang boleh mengurangkan pahala puasa
4. Dan segala yang berkaitan dengan ibadah puasa
Selain itu, kita juga perlu mempelajari puasa dari sudut batin atau rohaninya supaya puasa kita akan mendatangkan lebih kesan kepada jiwa dan roh kita. Imam al-Ghazali membahagikan darjat puasa manusia kepada tiga bahagian;
1. Puasa umum : iaitu berpuasa dengan menahan perut dan faraj (kemaluan) dari menikmati keinginannya (makan, minum dan sebagainya).
2. Puasa khusus : iaitu berpuasa yang disertakan dengan menjaga pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan seluruh anggota dari melakukan yang haram atau dosa.
3. Puasa khususul khusus (paling khusus) : iaitu berpuasa dengan menyertakan semua yang tersebut di atas dan menambah lagi dengan berpuasa hati dari segala cita-cita yang kotor dan pemikiran-pemikiran keduniaan dan memesongkan perhatian dari selain Allah sama sekali.
Jadi puasa yang sebenar bukanlah hanya puasa zahir sahaja (iaitu dengan menegah diri dari makan, minum, bersetubuh dan sebagainya) tetapi juga berpuasa batin iaitu dengan menegah diri dari maksiat dan dosa. Seorang yang berpuasa di samping menjaga diri dari makan, minum dan sebagainya, ia juga mesti menjaga anggota-anggotanya dari dosa dan maksiat. Jika tidak ia tidak akan mencapai kesempurnaan puasa sebagaimana yang dikehendaki Allah.
Ketiga: Membaca kembali kelebihan-kelebihan bulan Ramadhan
Ada di kalangan kita tidak merasa apa-apa dengan kedatangan Ramadhan. Bagi mereka, Ramadhan sama seperti bulan-bulan yang lain; tiba masanya ia datang dan tiba masanya ia berlalu pergi. Punca sikap ini adalah kerana mereka tidak mengetahui kelebihan dan keistimewaan bulan Ramadhan atau kerana mereka melupainya. Kerana itu amat perlulah hadis-hadis Nabi s.a.w. tentang fadhilat dan kelebihan Ramadhan dibaca dan diulang-ulangkan kembali –kepada diri sendiri dan kepada masyarakat- terutamanya di hujung-hujung Sya’ban ini.
Amat banyak hadis Nabi s.a.w. yang menceritakan kelebihan dan keistimewaan Ramadhan, antaranya;
a) Ramadhan adalah penghapus dosa
Sabda Rasulullah s.a.w. melalui hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah r.a.;
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Solat lima waktu, jumaat ke jumaat dan ramadhan ke ramadhan merupakan penghapus dosa di antaranya selama mana dijauhi dosa besar”. (Riwayat Imam Muslim)
b) Pada bulan Ramadhan dibuka pintu syurga, ditutup pintu neraka dan dirantai syaitan-syaitan
Sabda Rasulullah s.a.w;
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيلَةٍ من شَهرِ رَمضَانَ صُفَّدتِ الشَّياطينِ ومَردَةُ الجنِّ وغُلِّقتْ أَبوابُ النِيرانِ فلَمْ يُفتَحْ منها بابٌ وفُتِّحتْ أَبوابُ الجنَّةِ فلَمْ يُغلَقْ منها بابٌ ويُنَادِي مُنَادٍ يا بَاغِيَ الخيرِ أَقبِلْ ويا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقصِرْ. ولله عُتَقَاءٌ من النَّارِ وذَلكَ كُلَّ لَيلَةِ
“Apabila tiba malam pertama Ramadhan akan diikat/dirantai segala syaitan dan jin-jin yang sesat, ditutup segala pintu neraka hingga tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dibuka segala pintu syurga hingga tidak ada satu pintupun yang ditutup. Seorang penyeru (yakni Malaikat) akan berseru; “Wahai orang yang mengejar kebaikan! Tampillah kamu. Wahai orang yang ingin melakukan kejahatan! Undurlah kamu (yakni berhentilah dari melakukan kejahatan)”. Akan terdapat orang-orang yang bakal dibebaskan Allah dari api neraka. Hal demikian itu berlaku pada setiap malam (di sepanjang Ramadhan)”. (Riwayat Imam at-Tirmizi, Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a.)
c) Lima anugerah khusus Allah untuk umat Muhammad di bulan Ramadhan

Sabda Rasulullah s.a.w.;
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَاْنَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِيْ: أَمَّا الوَاْحِدَةُ فَإِنَّهُ إِذَا كَاْنَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَاْنَ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِمْ وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفُ أَفْوَاْهُهُمْ حِيْنَ يُمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، وَأَمَّا الثَّاْلِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، وَأَمَّا الرَّاْبِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ تعالى يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا: اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيَّنِيْ لِعِبَاْدِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِيْحُوْا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا إِلَى دَاْرِي وَكَرَامَتِيْ، وَأَمَّا الْخَاْمِسَةُ: فَإِنَّهُ إِذَا كَاْنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا، فَقَاْلَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ؟ قَالَ: لاَ أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ فَإِذَا فَرِغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ.
“Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku, iaitu;
Di permulaan Ramadhan Allah akan melihat kepada umatku. Sesiapa Allah melihat kepadanya nescaya ia tidak akan diazab selama-lamanya.
Bau mulut mereka (yang berpuasa) ketika petang hari lebih wangi di sisi Allah dari bau kasturi.
Malaikat akan memohon ampun untuk mereka di sepanjang hari dan malam.
Allah menyuruh syurga supaya bersiap-sedia dengan berkata kepadanya; “Bersiaplah kamu dan berhiaslah untuk hamba-hambaKu. Mereka hampir datang (memasukimu) untuk beristirehat dari kepayahan dunia menuju ke rumahKu dan kemuliaanKu”.
Pada akhir malam bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa semua mereka. Seorang lelaki dari sahabat bertanya; ‘Adakah malam itu lailatul Qadar?’. Jawab Rasulullah; ‘Tidak. Apakah engkau tidak melihat kepada pekerja-pekerja yang bekerja. Apabila mereka telah selesai dari pekerjaan mereka, akan disempurnakanlah upah-upah bagi mereka”.
(Riwayat Imam Ahmad, al-Bazzar dan al-Baihaqi dari Jabir r.a.)
d) Malam al-Qadar
Antara kelebihan besar bulan Ramadhan ialah di dalamnya terdapat lalilatul-Qadar atau malam al-Qadar (kemuliaan) yang dinyatakan keistimewaannya secara khusus oleh Allah dalam surah al-Qadr;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam al-Qadar (kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam al-Qadar itu? Malam al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (al-Qadr: 1-5)
Dalam surah ini kita melihat kelebihan malam al-Qadar iaitu;
  1. Ia merupakan malam penurunan al-Quran. Menurut Ibnu ‘Abbas; penurunan yang dimaksudkan ialah penurunan al-Quran secara sekaligus dari Luh Mahfudz ke Baitil-‘Izzah yang terdapat di langit dunia/pertama. Setelah itu barulah diturunkan berperingkat-peringkat kepada Rasulullah s.a.w. selama 23 tahun.
  2. Beramal pada malam al-Qadar lebih baik dari beramal selama seribu bulan (iaitu 83 tahun 4 bulan) yang tidak terdapat di dalamnya malam al-Qadar.
  3. Pada malam itu, Jibril dan juga para malaikat turun ke langit dunia atau ke bumi dengan membawa kebaikan dan keberkatan yang ditetapkan Allah untuk tahun tersebut hingga datang malam al-Qadar berikutnya. Menurut Imam Ibnu Kathir; “Banyaknya malaikat yang turun pada malam al-Qadar adalah kerana banyaknya keberkatan malam tersebut. Para malaikat turun bersama turunnya berkat dan rahmat sebagaimana mereka turun tatkala mendengar bacaan al-Quran, mereka melingkungi halaqah-halaqah zikir dan mereka membentangkan sayap-sayap mereka kepada orang yang keluar mencari ilmu untuk membesarkannya”.
  4. Malam al-Qadar itu penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar, yakni; pada malam tersebut Allah tidak mentakdirkan melainkan perkara-perkara yang baik, selamat dan sejahtera. Ada ulama’ berpendapat; pada malam al-Qadar itu para malaikat yang turun akan mengucap salam kepada sekelian orang beriman yang mereka temui sama ada lelaki atau perempuan.
Walaupun surah di atas tidak menjelaskan bilakah akan munculnya malam al-Qadar?, namun jawapan bagi persoalan ini dijelaskan oleh Nabi s.a.w. dalam sabdanya;
تحرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاْخِرِ مِنْ رَمَضَاْنَ
“Carilah lailatul-Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Saidatina Aisyah r.a.)
Begitulah antara kelebihan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Orang yang tahu menilainya sudah pasti tidak akan mensia-siakan peluang untuk merebut kelebihan-kelebihan tersebut. Bahkan Rasulullah sendiri pernah menegaskan;
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي هَذَا الشَّهْرِ مِنَ الْخَيْرَاْتِ لَتَمَنَّوْا أَنْ يَكُوْنَ رَمَضَاْنُ اَلسَّنَةَ كُلَّهَا
“Sekiranya manusia benar-benar menyedari kebaikan-kebaikan yang ada di bulan Ramadhan ini, pastinya mereka akan mengharapkan supaya sepanjang tahun adalah Ramadhan”. (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
Keempat: mengetahui amalan-amalan utama dan besar pahalanya di bulan Ramadhan
Supaya kita dapat memasuki bulan Ramadhan dengan penuh bersedia untuk memperbanyakkan amalan di bulan keberkatan yang banyak kelebihannya itu, kita hendaklah mengetahui apakah amal-amal ibadah atau amal-amal kebaikan yang digalakkan oleh Allah dalam bulan Ramadhan di mana pahalanya amatlah besar dan berlipat-ganda. Antara amalan-amalan utama di bulan Ramadhan dapat kita senaraikan seperti berikut;
1) Berpuasa dengan sesungguh hati
Sabda Rasulullah s.a.w.;
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانَاً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Sesiapa mengerjakan puasa Ramadhan kerana imannya (kepada Allah) dan mengharapkan pahala dariNya, akan diampunkan untuknya segala dosanya yang lalu”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Dalam satu hadis, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud; “Setiap amalan anak Adam akan digandakan di mana satu amalan kebaikan akan digandakan sebanyak sepuluh hingga 700 kali ganda, kecuali puasa. Allah berkata; ‘Puasa itu untukKu, maka Aku sendiri yang akan menentukan pahalanya. Ia (yakni orang yang berpuasa itu) meninggalkan syahwatnya dan makanannya dengan sebabKu’. Bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya nanti. Sesungguhnya bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi”. (Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
2) Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan solat sunat (terawikh, tahajjud dan sebagainya)
Sabda Rasulullah s.a.w.;
مَنْ قَاْمَ رَمَضَاْنَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاْباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبـِهِ
“Sesiapa bangun (untuk beribadah) pada malam-malam Ramadhan kerana imannya kepada Allah dan kerana mengharapkan pahala dariNya, akan diampunkan dosanya yang lalu”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Menurut Imam an-Nawawi, yang dimaksudkan dengan Qiyam Ramadhan dalam hadis di atas ialah solat Terawikh. Namun ada ulama’ yang memberi makna yang umum iaitu segala solat sunat yang dilakukan untuk menghidupkan malam iaitulah qiyamullail. Jadi mengikut pandangan kedua ini termasuk di dalam Qiyam-Ramadhan itu; solat Terawikh, solat Tahajjud, solat Taubah dan sebagainya. (Rujuk; Soheh Muslim bisyarhi an-Nawawi dan Raudhatul-Muttaqien syarh Riyadhus-Salihin)
3) Menggiatkan ibadah di sepuluh malam terakhir ramadhan
Terdapat hadis di mana Saidatina ‘Aisyah menceritakan;
كَاْنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ الأَوَاْخِرَ مِنْ رَمَضَاْنَ أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
“Rasulullah s.a.w. apabila masuk sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, baginda bangun menghidupkan malamnya (dengan ibadah lebih dari biasa), membangunkan ahli-ahli keluarga baginda (untuk sama mengerjakan ibadah seperti baginda), baginda bersungguh-bersungguh (mengerjakan ibadah) dan baginda mengikat kainnya (*kiasan kepada kesungguhan untuk beribadah atau kiasan kepada meninggalkan isteri untuk menumpukan kepada ibadah)”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
Dalam satu riwayat yang lain, Saidatina ‘Aisyah menceritakan; “Rasulullah menggiatkan ibadahnya pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan melebihi ibadahnya pada malam-malam yang lain”. (Riwayat oleh Imam Muslim)
4) Beriktikaf
Di antara Ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. di bulan Ramadhan terutamanya pada sepuluh hari terakhirnya ialah iktikaf. Saidatina ‘Aisyah r.a. menceritakan;
أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، حَتَّىَ تَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Rasulullah s.a.w. beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga ia meninggal dunia. Kemudian isteri-isteri baginda meneruskan iktikaf selepas kewafatan baginda”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Iktikaf bermaksud menetap di dalam masjid dengan niat ibadah. Syaratnya ada tiga iaitu;
Pertama: Berniat iktikaf (yakni berniat untuk tinggal/berdiam di dalam masjid dalam tempoh tertentu dengan tujuan ibadah bagi melaksanakan sunnah Nabi s.a.w.)
Kedua: Menetap/tinggal di dalam masjid dalam tempoh tertentu yang dapat dianggap pada uruf bahawa seseorang itu beriktikaf atau duduk diam di dalam masjid.
Ketiga: Seorang yang beriktikaf pula disyaratkan hendaklah seorang muslim, berakal sihat dan suci dari haid, nifas dan janabah.
(Rujuk: al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Mazhab al-Imam asy-Syafi’ie, jil. 2)
Beriktikaf hukumnya adalah sunat pada setiap waktu dan lebih disunatkan lagi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan kerana di antara malam-malam tersebut terdapatnya lailatul-Qadar atau malam al-Qadar. Menurut ulama’, beriktikaf pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan hukumnya adalah sunat muakkad (yakni sunat yang amat-amat disuruh).
(Rujuk: Raudhatul-Muttaqien syarh Riyadhus-Salihin, jil. 3, kitab al-I’tikaf)
5) Mencari malam al-Qadar (lailatul Qadar)
Firman Allah menjelaskan kelebihan malam al-Qadar (lailatul-Qadar);
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan”. (al-Qadar: 3)
Menurut kebanyakan ahli Tafsir, ayat ini memberi pengertian kepada kita bahawa beramal pada malam al-Qadar atau lailatul-Qadar lebih baik dari beramal selama 1000 bulan yang tidak ada lailatul-Qadar (malam al-Qadar) di dalamnya.
(Rujuk: al-Asas fi at-tafsir, Said Hawa, surah al-Qadr)
Sabda Rasulullah s.a.w.;
من قَامَ لَيلَةَ القَدرِ إِيماناً واحتِسَاباً غُفِرَ لَهُ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِِهِ
“Sesiapa bangun (untuk mengerjakan ibadah) pada malam al-Qadar kerana imannya kepada Allah dan mengharapkan ganjaran dariNya, akan diampunkan dosanya yang lalu”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
Menurut penjelasan beberapa hadis Rasulullah s.a.w., lailatul-Qadar ini terdapat di sepuluh malam terakhir Ramadhan iaitu pada malam-malam ganjil darinya. Kerana itulah, Rasulullah menggiatkan ibadahnya pada malam-malam tersebut termasuklah beriktikaf di masjid sebagaimana yang telah kita jelas tadi. Sabda baginda;
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاْخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul-Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Saidatina Aisyah r.a.)
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاْخِرِ مِنْ رَمَضَاْنَ
“Carilah lailatul-Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”. (Riwayat Imam Bukhari)
Menurut ulama’, sekurang-kurangnya qiyam lailatil-Qadr (yakni bangun mengerjakan ibadah pada malam al-Qadar untuk mendapatkan kelebihannya) ialah dengan seseorang itu menunaikan solat Maghrib, Isyak dan Subuh berjamaah. Ini kerana Rasulullah s.a.w. bersabda dalam satu hadisnya;
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْل، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Sesiapa menunaikan solat Isyak berjamaah, maka ia seolah-olah bangun berqiyamullail separuh malam. Dan sesiapa menunaikan solat subuh berjamaah, maka ia seolah-olah bangun berqiyamullail keseluruhan malam”. (Riwayat Imam Muslim dari Ustman r.a.)
Namun demikian, yang paling sempurna ialah dengan memenuhi keseluruhan malam atau sebahagian besarnya dengan solat, bacaan al-Quran, zikir atau seumpamanya dari jenis-jenis ketaatan.
(Rujuk: at-Tajul Jami’ Lil-Ushul, Syeikh Manshur ‘Ali Nashif, jil. 2, hlm. 80)
6) Membanyakkan bacaan al-Quran termasuklah bertadarus
Bulan Ramadhan adalah bulan penurunan al-Quran sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya;
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang hak dan yang bathil)”. (al-Baqarah: 185)
Oleh itu, amat digalakkan kita menghidupkan Ramadhan ini dengan memperbanyakkan membaca al-Quran. Membaca al-Quran termasuk antara amalan-amalan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah terutamanya di bulan Ramadhan ini di mana pahalanya lebih berlipat-ganda lagi. Sabda Rasulullah s.a.w.;
مَاْ تَقَرَّبَ الْعِبَاْدِ إِلَى اللهِ تعالى بـِمِثْلِ مَا خَرَجَ مِنْهُ يَعْنِيْ الْقُرْآنَ
“Tidak (ada cara terbaik) hamba-hamba mendekatkan (diri mereka) dengan Allah seumpama apa yang keluar dariNya (yakni yang datang dari Allah) iaitulah al-Quran”. (Riwayat Imam Ahmad, at-Tirmizi, at-Thabrani dari Abu Umamah r.a.)
Selain membaca secara bersendirian, digalakkan juga kita membaca secara berkumpulan atau bertadarus. Dalam hadis Bukhari, Ibnu ‘Abbas menceritakan; “Pada setiap malam di bulan Ramadhan malaikat Jibri datang kepada Rasulullah s.a.w. untuk bertadarus al-Quran dengan baginda”. Mengenai fadhilat bertadarus, ia dijelaskan oleh Rasulullah s.a..w. dalam satu hadis baginda;
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَاْبِ اللهِ وَ يَتَدَاْرَسُوْنَهُ فِيْمَاْ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَ غَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَ ذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Apabila berhimpun sekumpulan manusia di suatu rumah Allah (masjid) kerana membaca kitab Allah (al-Quran) dan saling mempelarinya antara sesama mereka (yakni bertadarus), maka turunlah ke atas mereka ketenteraman, mereka dilimpahi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah menyebut nama mereka di hadapan malaikat-malaikat yang berada di sisiNya”. (Riwayat Abu Daud)
7) Membanyakkan sedekah dan melakukan kebaikan untuk orang lain
Anas r.a. menceritakan; Seorang lelaki bertanya Rasulullah s.a.w.; ‘Ya Rasulullah! Apakah sedekah yang paling afdhal?’. Jawab Rasulullah s.a.w.;
الصَّدَقَةُ في رمضَانَ
“Sedekah pada bulan Ramadhan”. (Riwayat Imam at-Tirmizi)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang menceritakan;
كَاْنَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاْسِ، وَأَجْوَدُ مَاْ يَكُوْنُ فِي رَمَضَاْنَ، حِيْنَ يَلْقَاْهُ جِبْرِيْلُ، وَكَاْنَ جِبْرِيْلُ عليه السلام يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ
“Rasulullah s.a.w. merupakan manusia yang paling pemurah. Baginda menjadi lebih pemurah lagi pada bulan Ramadhan tatkala Jibril datang kepada baginda. Jibril datang kepada baginda pada setiap malam di bulan Ramadhan untuk bertadarus al-Quran dengan baginda. Sesungguhnya Rasulullah lebih pemurah dari angin lepas (*yakni angin yang bertiup tanpa sekatan/halangan)”.
Berkata Imam al-Mawardi; “Disunatkan kepada seorang lelaki melapangkan ahli-ahli rumahnya (*yakni melebihkan belanja kepada mereka dan sebagainya-pent.) pada bulan Ramadhan dan melakukan kebaikan kepada kaum kerabatnya dan jiran-jirannya terutama pada sepuluh hari terakhir darinya”. (al-Majmu’, Imam Nawawi, jil. 6, halaman 398)
8) Menunaikan umrah sunat bagi yang berkemampuan
Sabda Rasulullah s.a.w.;
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حِجَّةً
“Sekali umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala sekali haji”. (Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Wahab bin Khanbasyi r.a.)
Dalam riwayat lain,
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حِجَّةً أَوْ حِجَّةً مَعِيْ
“Sekali umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala sekali haji atau sekali haji bersamaku”. (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas r.a.)
9) Banyak berzikir, beristighfar dan memohon diberi syurga dan dijauhi neraka
Sabda Rasulullah s.a.w;
ذَاْكِرُ اللهِ فِيْ رَمَضََانَ مَغْفُوْرٌ لَهُ، وَسَاْئِلُ اللهِ فِيْهِ لاَ يَخِيْبُ
“Orang yang berzikir kepada Allah di bulan Ramadhan, akan dikurniakan (Allah) keampunan untuknya. Dan orang yang memohon dari Allah di bulan Ramadhan, ia tidak akan kecewa (yakni ia pasti akan mendapat apa yang ia pohon)”. (Riwayat Imam at-Thabrani dan al-Baihaqi dari Umar r.a.)
10) Banyak berdoa (terutamanya ketika sedang berpuasa, ketika berbuka puasa dan doa lailatul-Qadar)
Sabda Rasulullah;
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُم: الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَالإِمامُ العادِلُ، وَدَعْوَةُ المَظْلُومِ
“Tiga manusia yang tidak akan ditolak doa mereka (oleh Allah);
Orang yang berpuasa hinggalah ia berbuka
Imam (pemimpin) yang adil
Doa orang yang dizalimi”.
(Riwayat Imam Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a.)
إنَّ للصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً ما تُرَدُّ
“Sesungguhnya bagi orang berpuasa -ketika berbukanya- doa yang tidak akan ditolak”. (Riwayat Ibnu Majah dari Abdullah bin ‘Amru bin al-‘As)
Doa yang makthur dari Rasulullah s.a.w. untuk dibaca ketika berbuka puasa akan kita nyatakan di depan nanti. Adapun doa lailatul-Qadar, maka diriwayatkan dari Saidatina Aisyah r.a. yang menceritakan; “Aku bertanya Rasulullah s.a.w.; ‘Ya Rasulullah, jika aku menemui lailatul-Qadar (malam al-Qadar) apakah doa paling baik untuk aku ucapkan?’. Jawab Rasulullah; ‘Kamu bacalah doa;
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, ya Tuhanku! Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan yang maha pemaaf. Engkau suka memaafkan (dosa hamba-hambaMu). Maka maafkanlah daku (yakni ampunkanlah dosa-dosaku)”. (Riwayat Imam at-Turmuzi)
Doa lailatul-Qadar ini ada baiknya kita membacanya pada setiap malam di bulan Ramadhan kerana dengan membacanya pada setiap malam, pastinya salah satu doa kita akan bertemu malam al-Qadar sekalipun tanpa kita menyedarinya. Jika kita membacanya secara berselang, ada kemungkinan malam yang kita tidak membaca doa itu, malam tersebut merupakan malam al-Qadar. Maka akhirnya kita terluput dari mendapat kelebihan yang besar ini, walhal ia amat mudah diperolehi.
Menurut ulama’, kita digalakkan supaya berdoa pada setiap ketika dan lebih digalakkan lagi berdoa pada bulan Ramadhan terutamanya pada sepuluh hari terakhir darinya (terutama yang ganjil). (rujuk; al-Asas fi at-Tafsir, Syeikh Said Hawa, surah al-Qadar).
11) Bersahur
Ramai di kalangan kita yang suka mengabaikan amalan bersahur di bulan Ramadhan. Mungkin kita menganggap bersahur itu semata-mata untuk mengelakkan kita dari terlalu letih pada siangnya. Namun bersahur sebenarnya mempunyai kelebihan tersendiri. Ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya;
تَسَحَّرُوْا، فَإِنَّ السُّحُوْرَ بَرَكَةٌ
“Bersahurlah kerana dalam sahur itu ada barakah”.
(Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Anas r.a.)
Pahala bersahur diperolehi dengan semata-mata makan atau minum walaupun seteguk air. Sabda Rasulullah;
تَسَحَّرُوْا وَلَوْ بِجُرْعَةِ مَاْءٍ
“Bersahurlah walaupun dengan seteguk air”.
(Riwayat Ibnu Hibban dan Abu Ya’la dari Anas r.a.)
Waktu bersahur bermula apabila sudah masuk tengah malam. Walau bagaimanapun disunatkan melambatkan sahur yakni sebelum terbitnya fajar. Ini berdasarkan sabda Nabi s.a.w.;
لاَ تَزَاْلُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الإِفْطَارَ وَأَخَّرُوْا السُّحُوْرَ
“Senantiasalah umatku berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan melambatkan sahur”.
(Riwayat Imam Ahmad dari Abu Zarr r.a.)
12) Segera berbuka sebaik saja masuk waktu berbuka
Apabila sampai masa untuk berbuka, kita disunatkan supaya segera berbuka puasa. Sabda Rasulullah s.a.w.;
لاَ تَزَاْلُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الإِفْطَارَ وَأَخَّرُوْا السُّحُوْرَ
“Senantiasalah umatku berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan melambatkan sahur”.
(Riwayat Imam Ahmad dari Abu Zarr r.a.)
Menjadi sunnah Rasulullah s.a.w. berbuka terlebih dahulu sebelum menunaikan solat. Melambat-lambat berbuka puasa hukumnya adalah makruh kecuali jika ada sebab yang tidak dapat dielakkan.
Selain itu, juga disunatkan perkara-perkara berikut ketika berbuka;
a) Berbuka dengan buah kurma atau air
Disunatkan berbuka puasa dengan buah kurma basah. Jika tidak ada, dengan buah kurma kering. Jika tidak ada buah kurma, disunatkan berbuka dengan air. Sabda Rasulullah s.a.w.;
مَنْ وَجَدَ تَمْراً فَلْيُفْطِرْ عَلَيهِ وَمَنْ لاَ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فإِنَّ الْمَاءَ طَهُوْرٌ
“Sesiapa memperolehi buah tamar/kurma maka berbukalah dengannya. Sesiapa yang tidak memperolehinya, maka berbukalah dengan air kerana ia adalah penyuci”.
(Riwayat Imam Hakim, Tirmizi dan an-Nasai dari Anas r.a.)
Anas r.a. menceritakan bahawa; “Rasulullah s.a.w. berbuka puasa dengan beberapa kurma basah/segar, kalau tidak ada kurma basah maka dengan kurma kering dan kalau tidak ada buah kurma, baginda akan berbuka dengan beberapa teguk air”. (Riwayat Ahmad, Tirmizi dan Abu Daud)
b) Membaca doa ketika berbuka atau sesudahnya
Di antara doa yang dibaca oleh Rasulullah s.a.w. ketika berbuka ialah;
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ
“Ya Allah! BagiMu aku berpuasa dan dengan rezekiMu aku berbuka”. (Riwayat Abu Daud dari Mu’az bin Zuhrah)
اَللَّهُمَّ ذَهَبَ الظَّمْأُ، وابْتَلَّتِ العُرُوْقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاْءَ اللَّهُ
“Ya Allah! Hilanglah dahaga, basahlah seluruh urat tubuh dan tercapailah pahala insya Allah”. (Riwayat Imam an-Nasai dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar r.a.)
c) Tidak berlebihan ketika berbuka puasa
Di antara adab yang digalakkan oleh ulama’ ketika berbuka puasa ialah tidak berlebihan ketika menikmati makanan. Makanlah dengan kadar sederhana sahaja, tidak terlalu banyak supaya tidak keletihan untuk menunaikan ibadah malam nanti (solat terawikh, tadarus al-Quran dan sebagainya). Kata ulama’; “Sesiapa yang kenyang di awal malam nescaya ia akan ketinggalan pada baki malamnya”.
13) Memberi makanan untuk orang berbuka puasa
Di bulan Ramadhan, disunatkan kita memberi makan atau minum kepada orang-orang yang berpuasa sekalipun dengan sebiji kurma atau seteguk air. Namun yang lebih baik ialah memberi makan sampai mengenyangkan mereka. Fadhilatnya ialah sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.;
مَنْ فَطَّرَ صَاْئِمًا كَاْنَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنـَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّاْئِمِ شَيْئًا
“Sesiapa yang memberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka pahalanya seumpama orang yang berpuasa itu tanpa berkurang sedikitpun”. (Riwayat Imam Ahmad, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Zaid bin Khalid r.a.)
Dan disunatkan juga kita makan bersama dengan orang yang berpuasa dan cara seperti ini lebih baik bagi menunjukkan rasa rendah diri.
14) Menjaga segala anggota, tingkah-laku dan tutur-kata sepanjang bulan Ramadhan
Sabda Rasulullah s.a.w.;
لَمْ يَدَعْ قَولَ الزُّورِ والعملَ بِهِ وَ الجَهْلَ فلَيسَ لله حاجةٌ بأَنْ يَدَعْ طعامَهُ وشَرَابَهُ
“Sesiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukan pendustaan, maka bagi Allah tidak ada keperluan dalam ia meninggalkan makan dan minumnya (yakni Allah tidak berhajat kepada puasanya)”. (Riwayat Imam Bukhari, Abu Daud dan lain-lain dari Abu Hurairah r.a.)
15) Meningkatkan ketakwaan dan kesabaran
Tujuan puasa sebagaimana yang dijelaskan Allah ialah untuk melahirkan ketakwaan dalam jiwa. Ini sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam al-Quran;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (al-Baqarah: 183)
Oleh itu, supaya tujuan puasa itu benar-benar dapat dihayati oleh kita, maka di sepanjang bulan Ramadhan ketika kita melaksanakan ibadah puasa, hendaklah ada keazaman yang kuat dalam jiwa kita untuk menjadi manusia yang bertakwa seperti yang dihendaki Allah. Kita hendaklah mengelak dari berpuasa semata-mata kerana kebiasaan atau rutin tahunan yang menyebabkan kita tidak berusaha mengambil apa-apa pengajaran dari puasa kita itu.
Mengenai kedudukan sabar pula, maka Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis yang disampaikan oleh Ibnu Khuzaimah tadi;
َهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَاْبُهُ الْجَنَّةُ
“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedang sabar itu pahalanya adalah syurga..”. (Riwayat Abu Khuzaimah dari Salman r.a.)
Begitu juga dalam satu hadis yang lain, Rasulullah bersabda;
الصَّومُ نِصفُ الصَّبرِ
“Puasa adalah separuh kesabaran”. (Riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a.)
**** تم بعون الله وله الحمد في الأولى والآخرة ****
Bacaan dan Rujukan
1- صحيح مسلم بشرح النووي(المجلد الرابع)، للإمام النووي، مِِؤسسة المختار-القاهرة (2001م)
2- روضة المتقين شرح رياض الصالحين(الجزء الثالث)، للشيخ عبد القادر عرفان بن سالم الدمشقي، دار الفكر-لبنان (1998)
3- المنتقى من كتاب الترغيب والترهيب للمنذري(الجزء الأول)، للدكتور يوسف القرضاوي ، مطابع دار الوفاء—المنصورة (1993)
4- التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول(المجلد الثاني)، للشيخ منصور علي ناصف ،دار الفكر-لبنان (1986)
5- متن الغاية والتقريب في الفقه الشافعي، للقاضي أبي شجاع (حققه وعلق عليه وبين أدلته: ماجد الحموي)، دار ابن حزم- بيروت (1993).
6– الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي (الجزء الثاني)، د. مصطفى الخن/ د. مصطفى البغا/ على الشربجي، دار القلم – دمشق (1991)
7- الأساس في التفيسر (المجلد الحادي عشر – سورة القدر) ، للشيخ سعيد حوى، دار السلام – القاهرة (1989)
8- دروس الزمان في شهر الصيام، للشيخ سعيد عبد العظيم، دار الإيمان – الإسكندرية (دون التاريخ)
9- سبيل المهتدين، الشيخ محمد أرشد البنجري، Thinkers Library (1989)
10- برامج المحدث (www.muhaddith.org)، الإصدار


 

^^Suami dan Isteri : Berganding bahu menuju Ilahi^^

Sempurnanya ALLAH mengatur perjalanan hidup manusia, dikurniakannya nikmat dan rahmat yang berterusan pada kita dalam setiap tahap kehidupan. Namun bersama dengan setiap anugerah ALLAH itu, datang ujian dan tanggungjawab yang berat. Salah satu anugerah ALLAH yang sangat berharga dalam kehidupan manusia ialah kurniaan suami dan pernikahan.

Suami adalah manusia biasa, bukan malaikat, juga berjuang dengan fitrahnya yang sentiasa ingin mencari kebaikan dan kebenaran. Dengan fikiran dan perasaannya yang unik sebagai lelaki, yang semestinya berbeza dari minda dan jiwa seorang perempuan, seorang suami yang mengenal hakikat kehidupan akan berusaha memberi yang terbaik kepada perempuan yang sangat dekat dalam hidupnya, yang bernama isteri.

Dengan kelebihan fizikalnya, suami menjadi pelindung dan peneguh kepada isteri yang juga berjuang mencari kebaikan dan kebenaran. Dengan kekuatan ilmu dan iman, seorang suami mampu menjadi pembimbing, penasihat dan teman terbaik pada isteri. Seorang suami juga bertanggungjawab mengetuai perancangan dan aturan masa depan keluarganya dengan membuat keputusan – keputusan penting untuk kebahagiaan dan keberkesanan keluarga yang dibina, tentunya ini dengan bantuan isteri yang menjadi pendorong utamanya.

Namun realiti waktu kini memaparkan sukarnya mencari lelaki yang mampu menjadi teman terbaik. Umpama mencari sebutir permata di kawasan pasir putih yang saujana mata memandang. Saudara muslimah di sana sini ada yang sering bersedih kerana keadaan suaminya yang nampak macho dan gagah, namun kurang rajin dan tidak produktif dengan tanggunggjawab kerja di luar rumah, juga tidak membantu kepenatan isteri mengurus rumahtangga. Jika pun tidak membantu kerja-kerja rumah, bantulah menghibur emosi isteri dengan pujian dan penghargaan. Jua kata-kata cinta yang menenangkan.

Kerap juga didengari, suami yang diharapkan berkongsi ilmu, sering tersasar dengan perbuatan yang tidak bermanfaat, yang mengundang duka di jiwa isteri. Suami yang diharapkan berkongsi kekuatan iman, rupanya sering lalai menunaikan solat dan tidak berminat mendalami agama, sedangkan jiwa isteri memutik rasa untuk mendalami agama Allah dan RasulNya. Isteri jua makan hati dengan akhlak suami yang kasar dan tidak melayani isteri dengan cara yang sepatutnya.

Tika ini, di waktu hati seorang isteri berasa tawar dan berpasir menghadapi kekurangan suami, di manakah kekuatan kita untuk meletakkan suami sebagai teman terbaik? Teman yang menjadi wasilah meraih syurga...?

Wahai saudara muslimahku, ayuh saya peringatkan diri ini dan kalian, tidak akan sekali-kali diri kita sebagai isteri mampu mengecap kebahagiaan sebenar berteman suami seandainya ALLAH dan Rasul tidak menjadi panduan terbaik. Andainya Al Quran dan As-Sunnah jauh dan bukan kecintaan kita, kegembiraan bersuami terasa hambar dan sebentar cuma.

Ayuh kita memhusabah dan memperbaiki diri, andai diri ini berkeperibadian seorang isteri yang baik, pasti kita juga ada ruang untuk mengaurakan kekuatan untuk suami menjadi suami yang terbaik, dengan izin ALLAH pastinya.

“ Saya tak biasa, saya sibuk dan tak ada masa untuk membaca dan mentadabbur Al Quran..”

“ Saya tidak ada kitab-kitab hadis, saya bukan ustazah nak baca hadis, saya tak mampu beli buku-buku agama..”

"Saya tak 'alim, saya bukan orang yang baik-baik macam isteri si fulan,.."

Wahai diriku dan saudaraku, kita memperuntukkan masa untuk berhias, membelek wajah dan tubuh, mengemas rumah, memasak, membersihkan diri dan anak-anak, maka peruntukkanlah masa juga untuk menghidupkan iman di hati dengan tilawah dan tadabbur [merenung] ayat-ayat Al Quran, dan masa untuk menikmati manisnya hidangan Islam melalui hadis-hadisnya.

Dalam kesibukan bekerja dan mengurus rumahtangga, peruntukkanlah masa untuk belajar dan terus belajar tentang agama ALLAH yang memberi makna pada kehidupan sementara kita di dunia. Kita akan serabut melalui kehidupan dengan ilmu yang sedikit, kita menzalimi diri jika tidak berniat untuk menjadi isteri yang berilmu.

Carilah jua masa, ruang dan kesempatan untuk kita belajar menghias diri dengan akhlak mulia dan personaliti yang mampu memberi sumber kekuatan pada suami.

Kita merasa lelah berusaha melayan suami dengan terbaik, menjadi teman bersembang, melayan makan minum, menghibur di kamar, menjaga zuriat dan rumahtangganya, namun kebahagiaan kudus tidak hadir sama sekali..?

Kerana kita sedang menukar kebahagiaan pernikahan dengan kesedihan berpanjangan, bilamana ALLAH dan Rasul masih tidak menjadi cinta, matlamat dan rujukan utama hidup ini.

Bila telah mengenal ALLAH dan Rasul, redha menjalani syariatNya, bermujadah mentaatiNya, ketika itulah hati seorang isteri mampu menjadikan suaminya teman terbaik.

Nurani seorang muslimah yang ikhlas kerana ALLAH dan mengenal ALLAH sebagai harapan dan cita-cita utamanya, akan mampu mencintai dan mentaati suaminya dalam keadaan berat dan ringan, dalam keadaan suka dan duka.

Seorang isteri beriman sangat lapang dan berbesar hati berdamping dengan suaminya, dalam apa jua ujian dan cabaran berumahtangga. Dia menjadi cermin utama yang membantu suami memperbaiki diri menjadi lebih baik.Dia mendorong kebaikan suami, maka suami terus istiqamah memimpin diri dan keluarga ke jalan ALLAH. Dia menjadi pakaian yang melindungi kekurangan dan kesilapan suami, hingga suami yakin dan opitimis menjalani liku kehidupan yang semakin menggugat.

Dengan ilmu dan keimanannya, seorang isteri menjadi peneguh hati seorang suami. Dia bukan sekadar menghargai suami dalam diam, namun membuatkan suami benar-benar terasa dihargai dan difahami. Isteri yang bijak akan meraikan perbezaan suami sebagai seorang lelaki dan memahami karakter sendiri sebagai perempuan hingga apa jua pertimbangan berkaitan rumahtangga tidak semberono mengikut tindakan jua perasaan yang melulu.

Isteri menjadi teman terbaik tatkala dia berilmu untuk memimpin rumahtangga dan anak-anak dan dia juga bersedia membantu kepimpinan suami. Dia menjadi penasihat dan pengkritik yang berhikmah. Dia memberi idea yang bernas dan matang. Dan sesungguhnya kematangan yang sebenar adalah kematangan yang bersumber ilmu, iman dan ketaqwaan.

Bila suami menjadi teman yang terbaik, suami itulah yang mendapat tempat utama dalam doa, perhatian dan tumpuan isteri yang sejati. Kerana isteri mampu melihat syurga dalam setiap ketaatan dan khidmatnya pada suami.

Tidak mudah untuk saya mengungkap semua ini, lebih payah untuk saya dan kalian merealitikan. Segalanya ini bukan mudah, perlu mujahadah yang luar biasa namun insyaALLAH suami adalah teman terbaik, andai mampu menjadikan ALLAH rujukan awal yang terbaik. Segala-galanya kerana ALLAH.
sumber ;sisi-kehidupan.blogspot.com 
 

Jumaat, 22 Julai 2011

...Ayat2 Al Quran yang boleh diamalkan...

Untuk elak suami/isteri dan anak2 bergaduh :
Surah Al Baqarah - Ayat 102


Anak2 pandai belajar :
Surah Al Anbiyaa'- Ayat 79


Anak2 lembut hati/ elak panas baran :
Surah Al Anbiyaa - Ayat 69,
Surah Al Hasyr - Ayat 22-24


Anak2 malas sekolah :
Surah Toha ayat 1-5


Ayat pendinding : Ayat akhir surah At Taubah

Bg anak2 yg suka keluar malam :
Surah Ar Ruum Ayat 31. Baca 33x


Untuk jadi pendinding rumah :
Surah Al BAqarah dibaca & tiup pd air , dan spray
keliling rumah


1 minit untuk mengingat Allah

* Sebutlah dengan sepenuh hati dan lidah yang fasih:
* SUBHANA'LLAH
* ALHAMDULI'LLAH
* LAA I LAAHA ILLA'LLAH
* ALLAHU AKBAR
* ASTAGHFIRU'LLAH
* LAA ILAAHA ILLA'LLAH, MUHAMMADUR RASULU'LLAH
* ALLAHUMMA SALLI WA SALLIM WABARIK ' ALASAYYIDINA
MUHAMMAD WA AALIHI
* WA SAHBIHI AJMA'EEN
Wallahualam...

 

Khamis, 21 Julai 2011

(^^Prof.Dr. Muhaya di IKIMFM ^^)

Saya ingin mewar-warkan satu rancangan bual bicara mingguan di Radio IKIM.fm yang dinamakan ‘Islam Itu Indah’.  Semua orang kena dengar rancangan ini. Itu syor saya.
Pembicaranya ialah Prof. Dr. Muhaya Hj. Mohamad, seorang pakar mata yang kini aktif dalam menyampaikan motivasi di televisyen, radio dan seminar atau bengkel motivasi.
Khabarnya respons para pendengar agak baik terhadap isi dan topik perbincangan yang dikeudarakan pada setiap hari Rabu, dari jam 10.00 hingga 11.00 pagi.
Saya sendiri mendengar beberapa pemanggil memuji slot ini kerana telah menyentuh minda dan jiwa mereka hingga membuat perubahan dalam hidup mereka selepas itu.
Pemikiran dan kupasan Dr Muhaya melalui penyampaiannya yang mudah, bersahaja, lancar dan tertib teratur membuka dan mencelikkan kita tentang siapa diri kita dan apa yang sepatutnya kita lakukan dalam hidup ini.
Beliau juga cuba membetulkan tasawwur dan salah faham masyarakat terhadap isu-isu peribadi, sikap masyarakat dan ummah dalam menghadapi ujian dan kemelut dalam hidup.
Kini slot ini boleh diikuti di atas talian (online) dalam laman sesawang IKIM. Maklumat di hujung jari kita.
Jom islah diri melalui slot Dr Muhaya ini.


 

(^^)Sejarah kelahiran Baginda Muhammad SAW(^^)

KISAH AMINAH KETIKA MENGANDUNGKAN BAGINDA NABI MUHAMMAD صلى الله عليه وسلم

MAQAM BONDA NABI MUHAMMAD, AMINAH BINTI WAHAB


Cerita ini telah dirirwayatkan oleh oleh para ulamak Ahli Sunnah wal Jamaah tentang cerita ketika ibu Baginda, Aminah binti Wahab mengandungkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Awal malam Jumaat dalam bulan Rejab, bermulanya Aminah dikandungkan di dalam rahim ibunya. Ketika Aminah mengandungkan Baginda, dia telah melihat banyak burung yang berterbangan di atas perutnya sebagai tanda memuliakan kandungannya. Dan burung-burung tersebut akan mencari air dari matair yang suci bersih untuk diberikan kepada Aminah bagi menghilangkan dahaga.

Kejadian ini telah diceritakan kepada suaminya Abdullah bin Abdul Mutalib, dan dia memberitahu Aminah: “Ini adalah karamah (kemuliaan) yang telah diberikan kepada kandungan diperutmu.”

Aminah juga menceritakan : “Aku telah mendengar para malaikat sentiasa bertasbih inilah cahaya penghulu segala rasul.” Dan aku melihat dalam mimpiku sebatang pokok yang terdapat padanya bintang-bintang yang terang cahayanya. Dan terdapat pada satu daripadanya yang sangat terang cahaya, mampu menerangi bintang yang lain. Ketika akumemerhatikan bintang yang sangat terang, tiba-tiba bintang tersebut jatuh ke bilikku lalu aku mendengar satu suara : “Inilah nabi penghulu segala rasul.”

Setelah Aminah terjaga dari tidurnya, dia menceritakan mimpinya kepada suami dalam keadaan gementar. Lalu Abdullah telah menyuruh Aminah berjumpa dengan seorang yang bernama Khalifah bin A’ttab yang boleh menafsirkan mimpinya. Aminah terus pergi berjumpa dengan Khalifah bin A’ttab dan menceritakan berkenaan mimpinya. Khalifah bin A’ttab berkata: “ Perumpamaan pokok itu adalah Ibrahim Khalilullah, bintang-bintang yang teranga adalah para nabi dan satu bintang yang sangat terang serta dapat menerangi bintang-bintang yang lain adalah seorang nabi yang akan muncul pada zaman ini. Dan menghancurkan berhala-berhala dan menyembah ar-Rahman. Seterusnya gugurnya bintang itu dibilik kamu maksudnya: Ialah apabila kamu melahirkannya nanti akan berada ditempat yang tinggi(darjatnya) dan berkembang ditimur dan dibarat akan hujjah-hujjahnya. Maka selepas itu Aminah balik kerumahnya dalam keadaan gembira yang amat sangat dengan tafsiran itu.

Suatu hari Abdullah jatuh sakit dan kemudian wafat di Madinah ketika umurnya baru mencecah 18 tahun, ketika itu Aminah baru mengandungkan Rasulullah enam bulan -diriwayat oleh al-Hafiz Solahhuddin al-A’laie.

Dan ketika Abdullah wafat, semua malaikat sangat terkejut dan terharu seraya mereka berkata: Wahai Tuhan ku kenapa Engkau jadikan nabi serta kekasihNya dalam keadaan Yatim?.Maka Allah telah berfirman kepada semua malaikat: “ Wahai malaikat-malaikat ku, aku adalah yang paling utama menjaganya lebih dari ibu dan bapanya, dan aku yang mencipta, memberi rezeki dan mendidiknya.

Ketika Aminah mula-mula mengandungkan Rasulullah, perutnya sentiasa bercahaya.
Aminah telah menceritakan : Ketika awal bulan rejab, didalam mimpiku telah datang seorang lelaki yang cantik wajahnya dan harum baunya dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Selamat datang, selamat datang wahai Muhammad. Maka aku bertanya: Siapakah kamu wahai tuan? Maka katanya: Aku adalah Adam. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai bapa manusia? Berkata Adam: ‘Bergembiralah wahai Aminah dengan penghulu segala manusia, dan yang akan membelah bulan, dan batu akan memberi salam kepadanya dan pokok bersegera memberikan khidmat kepadanya’.Kemudian dia pun pergi

Bulan kedua: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang sangat besar tubuh badannya dan tinggi serta dia menunjukan tangannya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai Rasulullah, salam sejahtera keatas mu wahai yang dimuliakan Allah, salam sejahtera keatas mu wahai yang bersih di dalam pemeliharaan Allah. Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku Syith. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Syith? Berkata Syith: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan nabi yang mulia, penghulu yang agung, Dan Dhob (biawak padang pasir) akan bercakap dengannya dan batu turut memberi salam kepadanya’.Kemudia dia pun pergi.

Bulan ketiga: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang tenang serta yang nampak padanya kehebatan dan kegerunanannya, memiliki cahaya yang bersinar-sinar dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai yang berselimut,.Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah Idris. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Idris? Berkata Idris: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan ketua para nabi, permata yang berharga dan dia yang sentiasa bertasbih dan mensucikan Allah’. Kemudian dia pun pergi.

Bulan keempat: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang berkulit hitam manis serta terserlah ketampanannya dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai yang benar, Salam sejahtera keatas mu wahai yang sesuci kejadian yang diciptakan Allah. Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah Nuh. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Nuh? Berkata Nuh: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan seorang nabi yang manis, yang membawa kemenangan dan pembukaan serta kebijaksanaannya yang tersebar luas’. Kemudia dia pun berlalu.

Bulan kelima: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang gagah, cantik wajahnya dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai penghias rasul-rasul, Salam sejahtera keatas mu wahai ketua orang-orang yang bertaqwa.Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:Maka katanya: Aku adalah Hud. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Hud? Berkata Hud: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan seorang nabi yang beruntung/bertuah, yang membawa kemuliaan dan kebesaran’. Kemudia dia pun berlalu.

Bulan keenam: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang tinggi tubuh badannya serta bercahaya-cahaya wajahnya dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai kekasih yang dikasihi, Salam sejahtera keatas mu wahai yang sangat disukai.Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah Ibrahim. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Ibrahim? Berkata dia: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan seorang nabi yang agung lagi mulia’. Kemudia dia pun berlalu.

Bulan ketujuh: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang sangat tampan dan bercahaya wajahnya seperti bulan purnama serta dia menunjukkan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai yang bersih jiwamu dengan tuhanmu, Salam sejahtera keatas mu wahai yang sangat besar kemuliannya.Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah bapanya Ismail . Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Ismail? Berkata Ismail: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan seorang nabi yang mempunyai keturunan yang mulia dan memiliki lidah yang fasih’. Kemudia dia pun berlalu.

Bulan kelapan: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang tinggi sambil berdiri serta kacak rupanya dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai imam yang mulia. Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah Musa bin ‘Imran. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai Musa? Berkata dia: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan seorang yang akan diturunkan al-Quran padanya dan ar-Rahman berkata-kata dengan nya ( iaitu Muhammad nanti akan mendengar kalam Allah tanpa suara,huruf dan bahasa ), serta mencantikkannya dengan aqidah, syariat dan akhlak’. Kemudia dia pun berlalu.

Bulan kesembilan: Telah datang kepada aku seorang lelaki yang memakai pakaian sufi (berbulu binatang yang tidak berjahit) serta memiliki sifat-sifat sufi yang sejati (zuhud, tawadhu’ dan lain-lain) dan dia menunjukan tangan nya kedadaku seraya berkata: Salam sejahtera keatas mu wahai secantik kejadian serta yang menjelaskan kebenaran.Bertanya aku: Siapakah kamu wahai tuan?:maka katanya: Aku adalah ‘Isa bin Maryam. Maka aku bertanya: Apa yang kamu mahu wahai ‘Isa? Berkata dia: ‘Bergembiralah wahai Aminah kerana kamu telah mengandungkan semulia-mulia nabi dan yang besar rahmatnya’. Kemudia dia pun berlalu.

Dan apabila tiba 12 Rabi’ul awal hari Isnin, Abdul Muttalib telah keluar dari rumah Aminah bersama dengan anak-anaknya dan tiada seorang pun bersama Aminah ketika itu. Abdul Muttalib mengunci rumah tersebut agar Aminah tidak diganggu oleh sesiapa pun. Berkata Aminah: Ketika aku tinggal seorang diri aku merasakan ada sesuatu yang bergerak antara langit dan bumi, ketika itu muncullah satu malaikat yang besar membawa tiga bendera, bendera pertama diisyaratkan ke timur, kedua ke barat, ketiga ke Baitul Al Haram (Makkah). Dan ketika malam itu aku merasakan seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari perutku, maka aku menangis kerana tiada sesiapa pun bersama aku ketika itu.

Ketika itu muncullah di dalam rumahku empat wanita yang tinggi dan mereka itu bersinar-sinar seperti bulan purnama, maka aku bertanya kepadanya : Siapakah kamu yang dianugerahkan oleh Allah agar datang kepada ku ketika aku bersendirian dan melepaskan kesusahan dan kesedihanku? Maka berkata salah seorang dari mereka: Aku adalah Maryam Binti I’mran dan di sebelah kirimu adalah isteri Ibrahim iaitu Sarah,dan yang di belakangmu adalah Hajar ibu kepada Ismail, dan di depan kamu adalah Asiah Binti Mazahim,. Maka aku sangat gembira dengan kedatangan mereka yang menemaniku disaat aku melahirkan Muhammad.

Berkata Aminah: Ketika aku melahirkannya tidak ada kesakitan dan kesusahan lansung padaku, dan keluarnya Muhammad dari ku bersama dengan cahaya, kemudian cahaya itu menerangi ke timur dan barat.Dan baginda dilahirkan dalam keadaan bercelak, berminyak, gembira dan dalam keadaan sudah berkhatan. Dan ketika Baginda dilahirkan maka datanglah tiga malaikat. Yang pertama membawa bekas dari emas, yang kedua membawa cerek emas dan yang ketiga tuala sutera berwarna hijau dan mereka membasuh Muhammad dengan air ‘Rohiq’ (air yang sangat bersih dan likat)

Berkata Aminah: Ketika Aku sudah melahirkannya, Muhammad memandang ke langit dan mengisyaratkan dengan jarinya, maka datang lah malaikat Jibril serta membawanya terbang bersama malaikat-malaikat yang lain. Malaikat Mikail membalutinya dengan kain putih dari syurga lalu memberinya kepada Malaikat Ridhwan, dan malaikat Ridhwan berkata kepada Muhammad: Sesungguhnya Allah menjadikan kamu seorang nabi yang sangat berilmu dan bijaksana
sumber: darul-hijrah.blogspot

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...